Langsung ke konten utama

Berani TUTUP JALAN, SD Negeri 1 & SD Negeri 4 Wonosobo memang Hebat!

sd1sucks

Apa kelebihan SD macam ini? SD Negeri 1 dan 4 Wonosobo ini konon dianggap elit oleh sebagian besar orang Wonosobo. Tiap pagi jalan Tentara Pelajar ini macet karena banyaknya orang mengantar anaknya dengan menggunakan kendaraan roda 4. SD ini terletak di Jalan Tentara Pelajar no 7 Wonosobo.
Banyak juga teman-teman saya yang dulu pernah bersekolah disini. Beberapa waktu lalu, SD ini sempat menggunakan program marketing nasional RSBI, yaitu sebuah program yang seakan mengusung prestasi, namun sebenarnya hanya digunakan untuk memahalkan dan menampakkan keelitan sebuah sekolah. KONON, sekolah ini juga cukup mahal, entah pada bagian apanya. Konon, beberapa waktu lalu, masuk ke SD ini sudah saingan sama masuk perguruan tinggi lho.

Kehebatan lain dari SD ini adalah : berani menutup jalan umum saat upacara bendera. Sementara KODIM Wonosobo yang terletak tak sampai 100 meter dari SD itu, membiarkan saja jalan digunakan sebagaimana mestinya. Jalan Tentara Pelajar itu adalah JALAN UMUM yang mana menghubungkan antara pusat kota Wonosobo yang ada di Alun-alun Wonosobo, dengan jalan utama lain untuk kota Wonosobo. Hari Senin, adalah hari aktifitas pertama dalam satu pekan, yang tentu banyak sekali orang harus beraktifitas melalui jalan raya, terlebih jalan umum. Jika sebuah ruas jalan penting harus ditutup, tentu hal ini akan menyebabkan orang lain harus memutar jalan melalui jalan lain. Di kalangan kebudayaan Jawa : MENUTUP JALAN ADALAH SEBURUK-BURUK PERILAKU.

Tapi oke lah, kita semua sama-sama masyarakat kecil. Kadang sesama masyarakat kecil, saat punya kuasa sedikit saja, sudah bisa merasa menang terhadap orang lain dan berusaha berpuas diri menguasai aset, termasuk jalan. Itulah premanisme. Saya tidak ingin anak saya sekolah pada sekolah haram ini. Saya katakan haram, karena proses belajar, termasuk upacara bendera, sudah meninggalkan tepa-selira, kesopanan, dan pemahaman terhadap orang lain. Pendidikan itu terlihat seperti : mengajarkan untuk menutup jalan utama, sebuah pendidikan yang tidak baik, wah-wahan, gagah-gagahan.

Seharusnya guru-guru, pengelola, kepala sekolah SD yang seharusnya terhormat itu, malu pada prosesi upacara bendera di Papua. Jaman saya di Papua dulu, sebuah instansi yang sedang berupacara, membiarkan orang berlalu lalang. Pemandangan yang mengharukan dan membuat bulu kuduk berdiri adalah: saat pengibaran bendera, orang-orang Papua yang kadang payudaranya masih kelihatan, memilih berhenti, dan ikut hormat pada bendera merah putih, tanpa paksaan. Jika kemarin saya cuma haru dan merinding, kali ini bertambah satu perasaan. MALU.

repost from: http://bimosaurus.wordpress.com/2014/01/13/berani-tutup-jalan-sd-negeri-1-sd-negeri-4-wonosobo-memang-hebat/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelamun Tak Pernah Secengeng Yang Kau Kira

  Kunyanyikan beberapa potong lagu, selang-seling irama bahagia dan irama sendu. Tiba-tiba datang dirimu, yang berkata : " Hai kau, ada apa dengan dirimu, melamun diri di bawah awan kelabu? ". Sambil tersenyum geli, kulanjut laguku. Tapi kau terus memburu. " Ada apa dirimu? Apakah dalam tekanan kalbu? Atau kau dilanda rindu? Ceritakan padaku! Aku perlu tahu.. Jangan sampai nanti kau terlambat sesali dirimu " Aku coba berganti irama. Irama riang irama bahagia. Tetapi otakmu terlalu dalam berkelana. Sehingga asumsimu sesat karenanya. Ah, aku peduli apa?  Hai.. Terima kasih pedulimu. Aku tak sedang berduka. Aku tak sedang merindu. Aku tak sedang seperti apa yang ada di benakmu. Aku berdendang bernyanyi, menghibur diri. Aku bukan siapapun. Tak usah kau kulik apa yang ada di dalam diriku. Aku bukan siapapun. Aku bukan sedang menyanyikan kecengengan. Aku bukan apa yang terjadi pada diriku. Aku adalah apa yang terjadi yang kupilih. Kenangan Ramadan 2023...

Simpanan Gambar, dan Pesan Untuk Masa Depan

Gambar ini saya ambi di bulan Juli 2018, di pesawahan jalan Kronggahan, Sleman, DIY. Tepatnya di seberang kantor Stasiun Pemantauan Cuaca BMKG. Saya membatin, apakah 10 tahun ke depan pemandangan senja ini bisa didapatkan generasi setelah saya? Tak butuh 10 tahun. Pemerintah lebih suka melebarkan jalan, mengalahkan sebagian sawah, agar dapat membuang arus lalu lintas yang padat daerah Denggung. Namun tetap saja, Denggung macet, jalan Kronggahan juga macet. Sawah kalah, dibanguni kafe dan perumahan/pemukiman yang mulai ada. Tidak hanya tempat ini tentunya. Banyak tempat lain yang bakal hilang.  Kelak saya akan post lagi kisah seperti ini. Agar anak cucu tahu, dulu mudah sekali dapat tempat dan pemandangan semewah ini. Atau entah mungkin anak cucu lebih suka pemandangan kemacetan atau hingar bingar...

Selamat Jalan, Keluarga Depan Rumah....

Covid-19 benar-benar luar biasa. Tak pernah saya sangka, kita masuk dalam generasi yang harus ketemu dengan wabah super ini. Korbannya tak tanggung-tanggung. Hari ini, kasus Indonesia ada 36 ribu lebih kasus harian. Angka kesembuhan harian baru di angka 32 ribu, masih tomboh 4 ribuan yang kecatat. Rumah sakit terpantau penuh di pulau Jawa. Sering terdengar suara pengumuman meninggal lewat pengumuman masjid..  Sosial media dipenuhi kata "Innalillahi", "RIP", "Permohonan darah konvalesen", "Permohonan tabung oksigen", "Permohonan info rumah sakit".  Hingga pada akhirnya, beberapa orang dalam lingkaran yang kita kenal dekat, yang kita harapkan kehidupannya, mereka akhirnya meninggal. Kita tidak dapat melayat, tidak dapat ditunggui juga, karena dicegah dengan protokol kesehatan. Mereka syahid. Kita makin nggrantes lagi dengan wafatnya para nakes. Andalan kita.  Hari ini, saya mendapatkan kabar duka cita dari kerabat di Wonosobo. Yaitu kelua